Stigma ODHA Dinilai Berasal dari Ketidakpahaman, DPRD Bekasi Dorong Regulasi Perlindungan
RAKYAT.NEWS, KOTA BEKASI – Sekretaris Komisi II DPRD Kota Bekasi, Evi Mafriningsianti, menganggap ketidakpahaman tentang Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), cendrung menimbulkan stigma ketakutan berlebihan dan persepsi moral.
Evi menuturkan, bahwa perlu peran masyarakat serta tokoh agama mengenai stigma terhadap ODHA. Menurutnya, pandangan itu ada karena ketidakpahaman, ketakutan berlebihan dan persepsi moral.
“Melawan stigma butuh edukasi, empati dan penegakan regulasi. Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi stigma dan diskriminasi,” ujar Evi kepada Rakyat.News, Sabtu (13/9/2025).
Belum banyak memahami, kata Evi, kalau HIV ini tidak akan menular lewat sentuhan, pelukan, makan bersama, atau hidup serumah.
“Peran tokoh agama dan masyarakat, memberikan pemahaman bahwa penderita HIV/AIDS tetap manusia yang punya hak, harus didukung, bukan dijauhi,” jelasnya.
Maka dari itu, Evi menilai perlu ada kebijakan pemerintah dan regulasi memastikan perlindungan hukum bagi ODHA agar tidak mendapatkan diskriminasi di pekerjaan, pendidikan, maupun layanan kesehatan.
“Kampanye media dan testimoni, kisah nyata ODHA yang tetap produktif bisa membantu mengubah persepsi negatif. Pendekatan keluarga keluarga menjadi support system terdekat agar penderita tidak merasa sendiri,” ujarnya.
Disisi lain, akhir-akhir ini Kota Bekasi mencatat kurang lebih 3.600 orang mengidap HIV/Aids menempatkannya sebagai wilayah kasus tertinggi ke dua di Provinsi Jawa Barat setelah Kota Bandung.
Evi berpendapat, faktor prnyebab tingginya kasus HIV di Kota Bekasi antara lain adalah perilaku seksusal berisiko tinggi, seks bebas atau berganti ganti pasangan yang banyak terjadi di kelompok produktif.
“Populasi jumlah penduduk yang makin padat dan mobilitas tinggi jumlah penduduk Kota Bekasi yang makin tinggi, realese BPS, tahun 2024 sekitar 2,6 juta jiwa,” ungkapnya.
Dengan mobilitas yang tinggi, orang yang keluar masuk di kota bekasi juga tinggi menunjukkan interaksi sosial juga tinggi memperbesar kemungkinan penyebaran HIV.
Padatnya penduduk dan urbanisasi, terang Evi, juga dapat mempengaruhi akses layanan kesehatan serta edukasi HIV yg belum merata.
Data Dinkes Provinsi Jawa Barat menunjukkan orang yang melakukan tes HIV di kota-kota besar termasuk Bekasi tergolong besar. Beberapa langkah yang bisa dilakukan yakni dengan mengurangi stigma dan diskriminasi. (Dirham)

Tinggalkan Balasan