Cara Bijak Orang Tua Hadapi Anak Kecanduan HP, Tips dari Ustad Ghozel
RAKYAT NEWS, BEKASI – Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Bekasi mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) dari program Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) dengan tema “Parenting Rumah dan Madrasah Bicara dengan Bahasa Cinta yang Sama” melalui kajian mengenai persoalan anak bersama orang tua murid, pada Sabtu (18/10/2025).
Dalam kajian tersebut, Motivator Bahasa Cinta sekaligus Pakar SDM, Ustad Ghozel Ahmad, memberikan solusi bagi orang tua dalam menghadapi anak yang kecanduan Handphone atau yang disebut setan gepeng.
“Sebenarnya anak bukan kecanduan HP, dia haus perhatian tapi hausnya tak tertampung oleh pelukan. Dia butuh KLIK dengan hati orangtuanya, bukan hanya KLIK di layar sentuhnya,” ujarnya.
Ustad Ghozel menyarankan orang tua untuk menggunakan tips secara bertahap, seperti mengganti handphone dengan hati dan menjadi teladan.
“Anak itu sebenarnya gak benar-benar cari HP, tapi cari hubungan atau koneksi. Banyak yang jadikan HP alat untuk melarikan diri dari sepi. Jadi, kalau mau kita ambil HP nya pelan-pelan, coba peluk dulu hatinya,” masih dia.
“Peluk dengan perhatian dan menjadi teladan di rumah dengan kurangi penggunaan HP kita lalu tambahi porsi perhatian kita dari biasanya,” kata, Ustad. Ghozel.
Langkah berikutnya, Ustad Ghozel mengarahkan agar memberi ruang waktu antara 10-15 menit “Quality Time Tanpa Gangguan” setiap hari.
“Banyakin ngobrol dengan anak kita. Matikan HP kita dulu, baru minta dia matikan HP-nya. Ketika komunikasi nyambung dan mudah diterima, Insya Allah akan mudah pesan dan nasihat kita masuk pelan-pelan untuk mengurangi HP nya dan jauh lebih produktif,” ujarnya.
Menurut Ustad Ghozel, bahasa cintanya harus terpenuhi, jangan sampai kosong tangki cintanya. Setiap anak punya bahasa cinta utama. Kalau kita salah bahasa, cinta kita tidak tersampaikan.
“Coba temukan bahasa Cinta kita dan bahasa Cinta anak kita. Bagikan bahasa Cinta kita untuk bahasa Cinta anak kita,” imbuh Ustad. Ghozel.
Selain itu, ia juga memberikan kajian tentang anak yang suka melakukan bullying. Apakah ada yang salah dengan bahasa cintanya?
“Anak yang suka menyakiti, bukan karena dia kuat. Tapi karena dia sedang terluka. Bahkan kelihatannya aja kuat, padahal sedang rapuh,” tuturnya.
Ia menilai bahwa anak yang suka melakukan bullying bukan sedang menunjukkan kekuasaan, melainkan sedang berteriak minta cinta dengan cara yang salah.
“Kalau kata anak zaman now mah CAPER (Cari Perhatian).
“Bullying adalah Sinyal Kekosongan Cinta. Anak yang sering membully biasanya pernah merasa tidak aman, tidak dihargai, tidak dicintai atau tidak diterima secara utuh,” ucap, Ustad Ghozel.
Ia sangat yakin, anak yang menindas agar merasa berkuasa sebenarnya di dalam hatinya haus kasih dan pengakuan. Kadang kita terlalu fokus melihat anak, padahal bisa jadi mereka seperti itu karena kita juga.
“Jadi, bukan salah sekolahnya dulu, tapi sering kali ada cinta yang bocor di rumah, entah dari kurangnya perhatian, pelukan, atau validasi dari kita sebagai orang tua,” terang, Ustad. Ghozel.
Kesimpulannya, bahasa cintanya tidak tersampaikan. Setiap anak punya bahasa cinta utama masing-masing. Jika salah satunya tidak terpenuhi dengan benar, cinta yang seharusnya menjadi pelukan bisa berubah jadi pukulan.
Terakhir, Ustad Ghozel merinci 5 Bahasa Cinta :
- Receiving Gift (Menerima Hadiah), sukanya dibelikan/diberikan sesuatu yang berwujud.
- Acts of Service (Pelayanan), sukanya dilayani, dibantu dan disupport.
- Physical Touch (Sentuhan Fisik), dia sukanya dekat-dekat, mepet mepet, sukanya dipeluk, diusap-usap kepalanya.
- Quality Time, sukanya diajak main bareng, jalan bareng, nongkrong bareng.
- Words of Affirmation, senangnya dipuji, didukung, disemangatin.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan