Cara Bijak Orang Tua Hadapi Anak Kecanduan HP, Tips dari Ustad Ghozel
“Coba temukan bahasa Cinta kita dan bahasa Cinta anak kita. Bagikan bahasa Cinta kita untuk bahasa Cinta anak kita,” imbuh Ustad. Ghozel.
Selain itu, ia juga memberikan kajian tentang anak yang suka melakukan bullying. Apakah ada yang salah dengan bahasa cintanya?
“Anak yang suka menyakiti, bukan karena dia kuat. Tapi karena dia sedang terluka. Bahkan kelihatannya aja kuat, padahal sedang rapuh,” tuturnya.
Ia menilai bahwa anak yang suka melakukan bullying bukan sedang menunjukkan kekuasaan, melainkan sedang berteriak minta cinta dengan cara yang salah.
“Kalau kata anak zaman now mah CAPER (Cari Perhatian).
“Bullying adalah Sinyal Kekosongan Cinta. Anak yang sering membully biasanya pernah merasa tidak aman, tidak dihargai, tidak dicintai atau tidak diterima secara utuh,” ucap, Ustad Ghozel.
Ia sangat yakin, anak yang menindas agar merasa berkuasa sebenarnya di dalam hatinya haus kasih dan pengakuan. Kadang kita terlalu fokus melihat anak, padahal bisa jadi mereka seperti itu karena kita juga.
“Jadi, bukan salah sekolahnya dulu, tapi sering kali ada cinta yang bocor di rumah, entah dari kurangnya perhatian, pelukan, atau validasi dari kita sebagai orang tua,” terang, Ustad. Ghozel.
Kesimpulannya, bahasa cintanya tidak tersampaikan. Setiap anak punya bahasa cinta utama masing-masing. Jika salah satunya tidak terpenuhi dengan benar, cinta yang seharusnya menjadi pelukan bisa berubah jadi pukulan.
Terakhir, Ustad Ghozel merinci 5 Bahasa Cinta :
- Receiving Gift (Menerima Hadiah), sukanya dibelikan/diberikan sesuatu yang berwujud.
- Acts of Service (Pelayanan), sukanya dilayani, dibantu dan disupport.
- Physical Touch (Sentuhan Fisik), dia sukanya dekat-dekat, mepet mepet, sukanya dipeluk, diusap-usap kepalanya.
- Quality Time, sukanya diajak main bareng, jalan bareng, nongkrong bareng.
- Words of Affirmation, senangnya dipuji, didukung, disemangatin.

Tinggalkan Balasan